Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Indonesia: Menetapkan AI Berpusat pada Manusia untuk Inovasi Eti

Pemerintah Indonesia semakin menegaskan komitmennya untuk mengembangkan kecerdasan buatan (AI) dengan pendekatan berpusat pada manusia (human‑centred AI), bukan hanya untuk efisiensi teknologi semata, tetapi juga untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, menyatakan bahwa AI tidak cukup hanya meniru pikiran manusia—tetapi juga harus memiliki integritas dan nilai moral dasar yang mencerminkan Pancasila .

Mengapa ini penting?

1. AI sebagai alat pemberdayaan
Fokus pemerintah adalah menggunakan AI untuk mendukung pendidikan digital, reformasi birokrasi, pembangunan kota pintar, kesehatan, dan ketahanan pangan—bukan sekadar otomasi.


2. Etika sebagai fondasi
“AI must be developed not only with intelligence but also integrity,” tegas Pratikno . Hal ini menekankan bahwa sistem AI dapat menyerap bias dan kesalahan manusia, sehingga dibutuhkan dasar etika yang kuat. 3. Roadmap Nasional AI
Indonesia sedang menyusun peta jalan (roadmap) AI nasional yang akan memandu transformasi inklusif dan bertanggung jawab. Rencana ini juga mencakup deteksi deepfake, pengembangan talenta digital (target: 9 juta orang pada 2030), dan kolaborasi lintas kementerian .




---

💡 Intisari Utama

Transformasi digital yang manusiawi: AI menjadi sarana untuk memperkuat kualitas hidup dan pemerintahan yang adil.

Integritas dan nilai Pancasila: AI dibentuk agar sesuai dengan identitas budaya dan norma bangsa.

Investasi pada talenta dan etika: Fokus tak hanya pada pengembangan teknologi, tapi juga sumber daya manusia dan integritas.

Posting Komentar untuk "Indonesia: Menetapkan AI Berpusat pada Manusia untuk Inovasi Eti"